Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

metabolisme bakteri

Metabolisme Bakteri
Adalah semua reaksi kimia yang terjadi di dalam sel untuk kelangsungan hidup sel tersebut. Fungsi metabolisme yaitu untuk menyintesis unit pembangun biokimiawi (protein, asam nukleat, polisakarida, lipid), menghasilkan sumber energi metabolik.
Metabolisme dibagi menjadi dua, yaitu :
  1. Anabolisme : sintesis molekul komplek dari molekul sederhana yang membutuhkan energi untuk reaksinya.
  2. Katabolisme : perombakan molekul komplek menjadi molekul sederhana yang menghasilkan energi dari reaksinya.

Anabolisme oleh bakteri meliputi :
• Sintesis karbohidrat
  1. Mikroorganisme autotrof mampu memfiksasi CO2 dalam siklus calvin menjadi karbohidrat. Tiap 6 kali siklus calvin, 6 molekul CO2 terfiksasi dan dihasilkan satu molekul glukosa.
  2. Mikroorganisme heterotrof harus disediakan senyawa organik seperti glukosa sebagai sumber karbon. Glukosa dapat diubah menjadi berbagai bentuk monosakarida lain sebagai struktur bangunan senyawa polisakarida.
• Sintesis protein
Ratusan macam protein dapat disintesis sesuai blue print rancangannya. Blue printnya adalah segmen nukleotida dalam DNA. Gen (segmen nukleotida) harus terlebih dahulu disalin menjadi RNA.
• Sintesis lipid
Permulaan reaksi diperlukan pengaktifan asam lemak dengan CoA dan sebagai hasilnya adalah gliserol dan asetil CoA.
Katabolisme oleh bakteri meliputi :
• Fermentasi karbohidrat
Dapat diamati pada media KIA, MR/VP, Gula-Gula
Reaksi + : kuman yang memfermentasi glukosa atau laktosa akan menghasilkan asam. Kondisi asam ini akan mengubah indicator fenol merah menjadi kuning. Hasil akhir fermentasi karbohidrat antara lain :
Jenis Fermentasi : Hemolactat
Produk yang dihasilkan : Asam laktat
Contoh bakteri : Streptococcus, Lactobacillus, Bacillus
Jenis Fermentasi : Alchololic
Produk yang dihasilkan : Etil alkohol & CO2
Contoh bakteri : Saccharomyces
Jenis Fermentasi : Propionic
Produk yang dihasilkan : As.propionat, as. Asetat & CO2
Contoh bakteri : Propionibacterium
Jenis Fermentasi : Mixed Acid
Produk yang dihasilkan : As. Asetat, as.suksinat, etil alkohol,CO2& H2O
Contoh bakteri : Escherichia coli, dan beberapa Enterobacteriaceae
Jenis Fermentasi : Butanediol
Produk yang dihasilkan : Butylene glikol & CO2
Contoh bakteri : Non-Enterobacteriaceae
Jenis Fermentasi : Butyric
Produk yang dihasilkan : As.butirat, isopropil alk., etil alk, CO2
Contoh bakteri : Clostridium
• Katabolisme bakeri pada media SIM
Sulfid/ H2S
Reaksi + : Pembentukan H2S positif ditandai dengan adanya endapan berwarna hitam, endapan ini terbentuk karena bakteri mampu mendesulfurasi asam amino oleh enzim desulfurase yang akan menghasilkan H2S, dan H2S akan bereaksi dengan Fe++ yang terdapat pada media dan menghasilkan senyawa FeS yang berwarna hitam dan tidak larut air.
Indol
Reaksi + : Pambentukan Indol ditandai dengan cincin warna merah di permukaan media setelah penambahan reagen Erlich Kovac. Kuman indol positif akan memecah asam amino triptofan oleh enzim triptofanase menjadi indol dan asam piruvat. Indol akan bereaksi dengan reagen dan menghasilkan warna merah. Kuman dengan indol positif menunjukkan bahwa kuman tersebut memakai triptofan sebagi salah satu sumber karbon.
• Katabolisme bakteri pada media Urea
Reaksi + : Kuman akan mengubah urea menjadi 2 molekul ammonia dan CO oleh enzim urease melalui reaksi hidrolisa. Amonia dilepaskan ke dalam medium akan menaikan pH. Bila pH menjadi makin tinggi (basa) maka fenol red akan berubah warna dari kuning menjadi merah keunguan.
• Katabolisme bakeri pada media Citrat
Reaksi + : ditunjukkan dengan berubahnya warna media dari hijau ke biru. Kuman dengan citrate + menunjukkan bahwa kuman tersebut memiliki enzim sitrat permiase yang mampu membawa trinatrium sitrat ke dalam sel dan menguraikannya. Bila senyawa ini dapat diuraikan maka amonium dihidrogenfosfat turut teruraikan dan akan melepaskan OH- sehingga menyebabkan medium menjadi alkalis. Indicator bromotimol blue dalam media berubah warna dari hijau ke biru akibat reaksi alkalis.
Pada media citrate terkadang pertumbuhan kuman tidak tampak atau bahkan tidak ada pertumbuhan. Hal ini dikarenakan pada medium ini hanya disediakan citrate sebagai satu-satunya sumber karbon. Sehingga pada awal pertumbuhan (fase lag) bakteri tidak mempunyai nutrisi yang cukup untuk melajutkan pertumbuhannya ke fase eksponensial/ logaritmik, dan langsung masuk ke dalam fase stasioner. Ataupun jika bakteri mampu menggunakan citrate sebagai sumber karbonnya, bakteri dapat melewati fase lag, namun tidak dapat tumbuh optimum pada fase logaritmik (nutrisi yang kurang), sehingga pertumbuhan tidak optimum.
• Katabolisme bakteri pada media PAD
Reaksi + : kuman yang menghasilkan enzim fenil alanin deaminase akan mengubah fenil alanin menjadi asam fenil piruvat dengan reaksi deaminasi. Aktivasi enzim deaminase ini menghasilkan suasana basa yang dengan penambahan FeCl3 menyebabkan warna menjadi hijau. Atau asam fenil piruvat akan bereaksi dengan FeCl3 membentuk warna hijau.
• Perombakan amilum oleh bakteri
Dapat diamati pada uji amilolitik. Amilum adalah senyawa yang memiliki berat molekul tinggi, terdiri atas polimer glukosa yang bercabang-cabang yang diikat dengan ikatan glikosidik. Degradasi amilum membutuhkan enzim amilase yang akan memecah/menghidrolisis menjadi polisakarida yang lebih pendek (dextrin), dan selanjutnya menjadi maltosa. Hidrolisis akhir maltosa menghasilkan glukosa terlarut yang dapat ditransport masuk ke dalam sel. Indikator yang dipakai pada uji amilolitik adalah iodine. Amilum akan bereaksi dengan iodine membentuk warna biru hitam yang terlihat pada media.
Prosedur di bawah ini menunjukkan aktivitas amilase. NA yang tersuspensi pati digunakan sebagai media. Indikator yang dipakai adalah iodine. Amilum akan bereaksi dengan iodine membentuk komplex warna biru hitam yang terlihat pada media. Warna biru hitam terjadi jika iodine masuk ke dalam bagian kosong pada amilum yang berbentuk spiral.
Cara Kerja :
  1. Inokulasi Nutrient Agar yang mengandung pati (2 g/l) dengan E.coli dan Bacillus sp. secara streak.
  2. Inkubasi selama 48 jam pada suhu 37°C
  3. Setelah selesai inkubasi, tetesi cawan dengan lugol’s iodine secukupnya sehingga seluruh permukaan media terkena.
  4. Hidrolisis zat pati terlihat sebagai zona jernih di sekeliling koloni, sedangkan hasil negatif ditunjukkan warna sekitar koloni tetap biru hitam.
• Perombakan protein oleh bakteri
Dapat diamati pada uji proteolitik. Uji proteolitik ditujukan untuk mengetahui kemampuan mikroorganisme menghasilkan enzim protease. Pada uji ini protein yang digunakan dalam bentuk kasein susu. Hidrolisis kasein secara bertahap akan menghasilkan monomernya berupa asam amino. Proses ini dinamakan peptonisasi atau proteolisis.
Cara Kerja :
  1. Inokulasikan Bacillus sp. Dan E. coli pada Skim Milk Agar (SMA) Inkubasi pada suhu 37°C selama 48 jam
  2. Aktivitas proteolitik ditunjukkan oleh terbentuknya zone jernih di sekeliling koloni.
• Perombakan lipid oleh bakteri
Dapat diamati pada uji lipolitik. Lipid misalnya trigliserida merupakan sumber energi bagi sejumlah mikroorganisma. Untuk mendapatkan energi dari lipid, mikroba menghasilkan enzim lipase dan esterase yang memecah ikatan ester menghasilkan gliserol dan asam lemak. Terdapat berbagai macam prosedur untuk mengetahui aktivitas lipase diantaranya adalah dengan menggunakan media Trybutirin Agar, Rodhamine Agar dan Spirit Blue Agar. Pada prinsipnya metode-metode di atas menggunakan indikator yang mampu mendeteksi keberadaan asam lemak yang terbentuk akibat hidrolisis lemak.
Cara Kerja :
  1. Inokulasikan Bacillus sp. dan E. coli pada media Tributyrin Agar dengan indikator neutral red
  2. Inkubasi pada suhu 37°C selama 48 jam.
  3. Reaksi positif ditandai oleh bercak-bercak kuning disekeliling koloni, sedangkan reaksi negatif ditandai oleh bercak-bercak yang tetap berwarna merah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

PENENTUAN KADAR NATRIUM SAKARIN PADA ONDE-ONDE YANG DIJUAL DI PASAR MASARAN, SRAGEN

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Seiring meningkatnya pertumbuhan industri makanan dan minuman di Indonesia, telah terjadi peningkatan produksi makanan dan minuman di Indonesia yang beredar di masyarakat. Pada makanan dan minuman ringan sering ditambahkan pemanis buatan yang kadarnya perlu diperhatiakan, karena apabila dikonsumsi berlebihan dapat membahayakan kesehatan (Jacobson, 2000).

Jajan pasar merupakan makanan yang banyak digemari masyarakat, terutama masyarakat di pedesaan. Onde-onde adalah salah satu jenis dari jajanan pasar. Meskipun sederhana, jajan pasar yang satu ini selalu jadi favorit, terutama saat masih hangat. Kulitnya renyah, gurih, dengan aroma wijen dan adonan isinya legit, empuk dan manis. Biasanya disajikan saat masih hangat untuk teman minum kopi atau teh (detikFood).

Penggunaan bahan pemanis yang tepat dapat menambah cita rasa onde-onde. Rasa manis dari onde-onde seharusnya tidak meninggalkan rasa pahit jika penggunaan bahan pemanis yang digunakan sesuai aturan yang telah diteapkan. Masyarakat di sekitar “Pasar Masaran” Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen mengeluhkan banyak dijumpai rasa manis dari onde-onde yang meninggalkan rasa pahit ketika dimakan. Hal ini mengidikasikan ditambahkannya pemanis sintetik natrium sakarin dalam produksi onde-onde.

Analisis kualitatif sakarin dalam makanan dapat dilakukan terlebih dahulu untuk menentukan ada tidaknya pemanis sintetik natrium sakarin dalam sampel. Untuk menentukan kadar natrium sakarin dapat dilakukan dengan metode volumetri. Metode volumetri yang digunakan untuk menentukan kadar sakarin yaitu netralisasi-alkametri dengan indikator fenolftalein LP.
Dengan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk membuat Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Penentuan Kadar Natrium Sakarin Pada Onde-Onde Yang Dijual Di Pasar Masaran, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen Dengan Metode Alkalimetri”.


2. Rumusan Masalah

• Adakah kandungan Natrium sakarin pada onde-onde yang dijual di Pasar Masaran, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen dan berapa kadarnya ?


BAB II


METODE PENELITIAN

1. Dasar Teori

Pemanis merupakan senyawa mimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk produk olahan pangan, industri serta minuman dan makanan kesehatan. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan rasa dan aroma, dan memperbaiki sifat-sifat kimia sekaligus merupakan sumber kalori yang penting bagi tubuh, mengembangkan jenis minuman dan makanan dengan jumlah yang terkontrol, mengontrol program pemeliharaan dan penurunan berat badan, mengurangi kerusakan gigi, dan sebagai bahan substitusi pemanis utama. Perkembangan industri pangan dan minuman akan kebutuhan pemanis dari tahun ketahun semakin meningkat. Industri pangan dan minuman lebih menyukai menggunakan pemanis sintetis karena harganya relatif murah, tingkat kemanisan pemanis sintetis jauh lebih tinggi dari pemanis alami. Hal tersebut mengakibatkan terus meningkatnya penggunaan pemanis sintetis terutama sakarin dan siklamat (Wisnu, 2006).

Zat pemanis sintetis merupakan zat yang dapat menimbulakan rasa manis atau dapat membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis tersebut, sedangkan kalori yang dihasilkannya jauh lebih rendah daripada gula (Winarno, 1997).

Sakarin ditemukan dengan tidak sengaja oleh Fahbelrg dan Remsen pada tahun 1897. Ketika pertama ditemukan sakarin digunakan sebagai antiseptik dan pengawet, tetapi sejak tahun 1900 digunakan sebagai pemanis. Sakarin dengan rumus C7H5NO3S dan berat molekul 183,18 secara luas digunakan sebagai pengganti gula karena mempunyai sifat yang stabil, nonkarsinogenik, nilai kalori rendah, dan harganya relatif murah, selain itu sakarin banyak digunakan untuk mengatasi sukrosa bagi penderita diabetes mellitus atau untuk bahan pangan yang berkalori rendah (Cahyadi, 2006).

Sebagai pemanis sakarin biasanya berbentuk garam kalsium, kalium, dan natrium sakarin dengan rumus kimia (C14H8CaN2O6S2.3H2O), (C7H4KNO3S.2H2O), (C7H4NaNO3S.2H2O). Secara umum garam sakarin berbentuk kristal putih, tidak berbau atau berbau aromatik lemah, dan mudah larut dalam air, serta berasa manis. Sakarin memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 300 sampai dengan 500 kali tingkat kemanisan sukrosa dengan tanpa nilai kalori. Kombinasi penggunaannya dengan pemanis lainnya bersifat sinergis (http://www.pom.go.id/nonpublic/makanan /standard/News1.html).

Intensitas natrium sakarin cukup tinggi yaitu 200-700 kali sukrosa 10%. disamping rasa manis, sakarin juga mempunyai rasa pahit yang disebabkan oleh pemurniaan yang rendah dari proses sintetik. Pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan melalui Menteri Kesehatan RI No.208/Menkes/Per/IV/1985 untuk pemanis buatan dan No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Pangan, bahwa pada pangan dan minuman olahan khusus yaitu berkalori rendah dan untuk penderita penyakit Diabetes mellitus kadar maksimum sakarin yang diperbolehkan adalah 300 mg/kg.

- Rumus Molekul : C7H5NO3S

- Nama kimia : Natrium 1,2-benzisotiazolin-3-on, 1,1-dioksida

- Berat Molekul : 183,18

- Pka : 1,6 (20oC); 1,3 (25oC)

- Pemerian : berupa serbuk atau hablur putih, tidak berbau atau berbau aromatik lemah, larutan encer sangat manis, larutan bereaksi asam terhadap lakmus.

- Kelarutan : agak sukar larut dalam air, dalam kloroform dan dalam eter, larut dalam air mendidih; sukar larut dalam etanol, mudah larut dalam larutan amonia encer, dalam larutan alkali hidroksida dan dalam alkali karbonat dengan pembentukan
karbondioksida.

Dampak penggunaan natrium sakarin, di dalam tubuh natrium sakarin tidak mengalami metabolisme sehingga diekskresikan dalam urine tanpa perubahan kimia. Beberapa penelitian mengenai dampak konsumsi sakarin terhadap tubuh manusia masih menunjukkan hasil yang konvensional. Hasil penelitian National Academy of Science tahun 1968 menyatakan bahwa konsumsi sakarin oleh orang dewasa sebanyak 1 gram atau lebih menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Pada penelitian lain menyebutkan sakarin pada dosis yang tinggi dapat menyebabkan kanker pada hewan percobaan. Pada tahun 1977 Canada’s Health Protection Branch melaporkan bahwa sakarin bertanggung jawab terjadinya kanker kandung kemih. Sejak saat itu dilarang penggunaan sakarin di Canada (Wisnu, 2006)

Jajan pasar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah penganan, buah-buahan, dan sebagainya yang dibeli dari pasar untuk pelengkap sesaji.

Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa).

Asidimeri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya, alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa (Mursyidi, 2006)


2. Cara Kerja

a. Rancangan Sampling

Metode sampling yang digunakan adalah sampling purposif atau yang dikenal juga sebagain sampling pertimbangan. Sampling purposif terjadi apabila pengambilan sampel dilakukan perorangan atau pertimbangan peneliti. Cara sampling ini sangat cocok untuk studi kasus, banyak aspek tunggal yang representatif diamati dan dianalisis. Pengambilan contoh dengan pemilihan subjek didasarkan pada ciri-ciriatau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai hubungan erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasinya (Wisnu, 2006).

Timbang saksama lebih kurang 500 mg baku sakarin, pindahkan saksama ke dalam corong pisah dengan bantuan 10 ml air. Tambahkan 2 ml asam klorida 3 N, ekstraksi endapan sakarin, pertama dengan 30 ml kemudian dengan 5 kali, tiap kali dengan 20 ml campuran pelarut kloroform P dan etanol P (9:1). Uapkan kumpulan ekstrak di atas tangas uap dengan bantuan aliran udara hingga kering. Larutkan residu dengan 40 ml etanol P, tambahkan 40 ml air, campur. Larutan siap untuk dilakukan pemeriksaan berikutnya (FI Edisi IV).

b. Prosedur Penentuan Natrium Sakarin Secara Kualitatif


  1. Larutan ditambah 1 ml asam kloridda P. Terbentuk endapan hablur.
  2. Larutkan lebih kurang 100 mg dalam 5 ml NaOH P, uapkan hingga kering, lebur residu hati-hati di atas api lemah sampai tidak lagi membebaskan lagi amoniak. Biarkan residu dingin, larutkan dalam 20 ml air, netralkan dengan HCl 3N, saring. Tambahkan pada filtrat 1 tetes FeCl3 LP; terjadi warna violet.


c. Prosedur Penentuan Natrium Sakarin Secara Kuantitatif
Timbang saksama lebih kurang 500 mg baku sakarin, pindahkan saksama ke dalam corong pisah dengan bantuan 10 ml air. Tambahkan 2 ml asam klorida 3 N, ekstraksi endapan sakarin, pertama dengan 30 ml kemudian dengan 5 kali, tiap kali dengan 20 ml campuran pelarut kloroform P dan etanol P (9:1). Uapkan kumpulan ekstrak di atas tangas uap dengan bantuan aliran udara hingga kering. Larutkan residu dengan 40 ml etanol P, tambahkan 40 ml air, campur, tambahkan fenolftalein LP, titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N LV. Lakukan penetapan blangko menggunakan 40 ml etanol P dan 40 ml air (FI Edisi IV).
*1 ml NaOH 0,1 N setara dengan 20,52 mg C7H4NaNO3S
Cara pembakuan natrium hidroksida 0,1 N adalah sebagai berikut :
Lebih kurang 400 mg kalium biftalat CO2H.C6H4.CO2K (BM = 204,221) ditimbang secara seksama yang sebelumnya telah dikeringkan, gerus jika perlu, masukkan ke dalam erlenmeyer. Tambahkan 75 ml air bebas CO2, tutup erlenmeyer dan kocok-kocok smpai larut. Titrasi dengan larutan NaOH menggunakan indikator fenolftalein hingga warna berubah menjadi merah.
Reaksi: CO2H.C6H4.CO2K + NaOH CO2Na.C6H4.CO2K + H2O
N NaOH = mg Kalium biftalat X Valensi
BM Kalium biftalat X ml NaOH
(Mursyidi, 2006)


BAB III
KESIMPULAN

1. Hal-Hal Penting yang Perlu Diperhatikan Dalam Percobaan

  • Dalam mengekstraksi sampel harus dilakukan dalam pelarut nonpolar dengan pengocokkan yang kuat, serta harus didapapatkan sampel yang jernih agar tidak mengganggu pembacaan hasil.
  • Untuk pemeriksaan natrium sakarin, uji kualitatif harus dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan uji kuantitatif.
  • Pembacaan volume buret setinggi miniskus bawah dan harus sejajar dengan pandangan mata.
  • Larutan baku yang digunakan untuk penetapan kadar sebaiknya baru dan dilakukan standarisasi saat percobaan dilakukan.

2. Manfaat Percobaan Bagi Masyarakat

  • Menginformasikan kepada masyarakat agar lebih cermat dalam memilih makanan yang dikonsumsi.
  • Menginformasikan kepada masyarakat terhadap makanan dengan rasa manis yang meninggalkan rasa pahit ketika dimakan, karena mengindikasikan adanya kandungan sakarin dalam makanan tersebut. Sebab sakarin akan berefek buruk terhadap kesehatan jika dikonsumsi berlebihan.
  • Menginformasikan kepada masyarakat kadar natrium sakarin dalam sampel onde-onde yang dijual di Pasar Masaran, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen.



Daftar Pustaka


Cahyadi, Wisnu. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Mursyidi, Achmad., Rohman, Abdul. 2006. Pengantar Kimia Farmasi Analisis Volumetri dan Gravimetri. Yogyakarta: Yayasan Farmasi Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
m.detik.com/read/2012/02/06/115839/185017/366/resep-kue-onde-onde-isi-kacang-ijo diakses tanggal 10 April 2012 pukul 18.10 WIB
http://www.kamusbesar.com/51703/jajan-pasar diakses tanggal 10 April 2012 pukul 18.20 WIB
http://www.pom.go.id/nonpublic/makanan /standard/News1.html diakses tanggal 10 April 2012 pukul 19.00 WIB
www.scribd.com/mobile/doc/23743298?nopopup=true diakses tanggal 14 April 2012 pukul 11.00 WIB
www.scribd.com/mobile/doc/55514884 diakses tanggal 14 April 2012 pukul 11.15 WIB

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

HEELSTICK PROCEDURE

Heel stick is a minimally invasive and easily accessible way of obtaining capillary blood samples for various laboratory tests, especially newborn screens and glucose levels. However, thanks to improved laboratory techniques that require smaller sample volumes and improved automated heel lancing devices that minimize trauma and pain,heel stick is a viable method of obtaining blood for many routine blood tests.Heel stick sampling can also help preserve venous access for future intravenous (IV) lines.
Some evidence exists that in term neonates, skilled venipuncture may result in fewer total punctures and less pain than heel stick. A Cochrane review first published in 1999 and updated in 2011 suggests that it may in fact be the procedure of choice in this population. However, these results may not be extrapolatable to preterm infants or infants who require multiple or frequent blood sampling.In addition, the development of newer, more effective, and less painful lancing devices may increase the relative utility of heel stick. (http://emedicine.medscape.com/article/1413486-overview)
Follow this procedure:
Select the heel puncture site.

Warm the site for three to ten minutes, if necessary.
Organize your equipment.
Clean the with 70% alcohol and allow to air dry.
Perform heel puncture. Firmly hold the heel, place the lancet perpendicular to the heel, and quickly performpuncture.It is never recommended to use lancet that will puncture the heel at a depth of greater than2.4mm.

Collect specimens
Apply pressure to the site.
Discard the lancet into a biohazard sharps container.
Label the tubes.
Check the site and the patient again before allowing the patient to leave.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0